Tradisi Piduduk pada Prosesi Upacara Perkawinan di Kecamatan Daha Selatan Kalimantan Selatan

(Kajian Living Qur’an)

Authors

  • Sauva Asvia IAI Darul Ulum Kandangan
  • Sari Jamila IAI Darul Ulum Kandangan, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.46870/jiat.v7i1.1519

Keywords:

Living Qur’an, Piduduk, Tradisi

Abstract

Abstrac

This research is backgrounded by the state of Daha Selatan sub-district which is classified as religious, many scholars who teach religious science both in the assemblies of ta'lim or in the cottage of pesantren and communities who are classified as religious. But on the other hand, the community in Daha Selatan District is still very thick to carry out the traditions passed down by ancestors, one of the traditions that until now they still implement is the tradition of piduduk  at the procession of the wedding ceremony. The study aims to describe how traditions are in the procession of marriage ceremonies in the sub-district of Daha Selatan and discover the meaning behind tradition. This researcher uses the Living Qur’an research method, which provides a new paradigm for the development of contemporary Qur’an studies, so that the study of the Qur’an does not only dwell on the area of text studies. This research results in the findings that the tradition of Piduduk  is a relic of pre-Islamic Banjar community that is still being implemented. The tradition of persatukat has the meaning of hope / do’a, as an expression of gratitude and also become a charity for those who do it. The law of carrying out the tradition of sitting on the procession of the wedding ceremony can change according to the cause and intentions of the person who performs it. The law of carrying out the tradition of Piduduk can be a mock, illegal, and some scholars in the sub-district of Daha Selatan  view that carrying out the tradition of pidukat can be rewarded.

Keywords: ,Living Qur'an, Piduduk, Tradition

Penelitian ini dilatar belakangi oleh keadaan Kecamatan Daha Selatan yang tergolong agamis, banyaknya para ulama yang mengajarkan ilmu agama baik di majelis-majelis ta’lim ataupun di pondok pesantren dan masyarakat yang tergolong taat dengan agama. Namun disisi lain masyarakat di Kecamatan Daha Selatan masih sangat kental sekali menjalankan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang, salah satu tradisi yang sampai sekarang masih mereka laksanakan adalah tradisi piduduk pada prosesi upacara perkawinan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana tradisi piduduk dalam prosesi upacara perkawinan pada masyarakat kecamatan Daha Selatan serta menemukan makna dibalik tradisi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Living Qur’an yaitu penelitian yang memberikan paradigma baru bagi pengembangan kajian Qur’an kontemporer, sehingga studi Qur’an tidak hanya berkutat pada wilayah kajian teks. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa tradisi piduduk adalah adat peninggalan masyarakat Banjar pra Islam yang sampai sekarang masih dilaksanakan. Tradisi piduduk memiliki makna pengharapan/do’a, sebagai ungkapan rasa syukur dan juga menjadi sedekah bagi orang yang melaksanakannya. Hukum melaksanakan tradisi piduduk pada prosesi upacara perkawinan dapat berubah sesuai dengan sebab dan niat orang yang melaksanakannya. Hukum melaksanakan tradisi piduduk bisa menjadi mubah, haram, dan sebagian ulama di kecamatan Daha Selatan berpandangan bahwa melaksanakan tradisi piduduk dapat memperoleh pahala

References

Abu Bakar Utsman ibn Muhammad Syatha, Ad Dimyati A. I’ānatut Thaālibin, (Lebanon: Darul Fikri, 2005), jilid 2

Abu Daud, Imam. Sunan Abi Dawud. (Beirut: al-Resalah, 2009), Juz IV

Ahmad Bin Syaib Bin Ali Syahir An Nasa’i, Abi Abdirrahman, Sunan Nasa’i, (Riyadh: Maktabah Al Maarif Linnasri Wattauzi’, t.t

al-Bassam bin Abdullah, Abdur Rahman. Syarah Bulughul Maram, (Jakarta: Pustaka Azzam: 2006), Jilid 3

An Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al Muhazzab. ( Lebanon: Darul Fiqr, t.th), Juz 6

Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. PT. Bina Aksara, Jakarta, 1983.

Badudu, Yus, dan Sutan Mohammad Zain. Kamus umum bahasa Indonesia. Pustaka Sinar Harapan, 1994.

Bahrudin, Mohammad. Ilmu Ushul Fiqh. (Bandar Lampung: Aura CV Anugrah Utama Raharja, 2019)

dkk, Sodik Supriyanto. Studi Analisis Living Qur’an terhadap Tradisi Masyarakat Linggoasri. Penerbit NEM, 2023.

Duski Ibrahim, Al-Qawaid Al-Fiqhiyah (Kaidah-Kaidah Fiqih), (Palembang: CV. Amanah, 2019)

Fakhrudin Ar-Razi, Tafsir al Fakhr al Razi, (Beirut, 2005)

Hamid Hakim, Syaikh Abdul. Terjemah Mabadi’ Al-Awwaliyyah, (Jakarta: Sa'diyah Putra, t.t.).

Hasan, Nor. Persentuhan Islam Dan Budaya Lokal.(Pamekasan: Duta media Publishing, 2018)

Ibnu Hajar al-Asqalani, Terjemah Fathul Bari, (Jakarta: Pustaka Azam, 2000)

Ideham, M.Suriansyah Urang Banjar dan Kebudayaannya, (Yogyakarta: Ombak, 2020),

Mansyur, Zainudin, dan Moh Asyiq Amrulloh. Ushul Fiqh Dasar. Disunting oleh Moh Asyiq Amrulloh. Mataram: Sanabil Creative, 2020. https://repository.uinmataram.ac.id/309/.

Mansyur, M. et all, Metodologi penelitian living Qur’an & Hadis (TH-Press : Teras, 2007).

Nasiruddin Al-Albani, Muhammad. Gaayatul Maram. (Beirut: al-Maktabul Islami, 2004

Musthofa al-Maraghi, Ahmad. Tafsir al-Maraghi, (Beirut: Darul Ihya Wa al Turost, t.t), Jilid 8

Satria Effendi, M. Zein. Ushul Fiqh: Edisi Pertama. Prenada Media, 2017.

Saibah, dan Nur Saniah. Pengantar ushul fiqh. madina publisher, 2017.

Shihab, M. Quraish. Kaidah Tafsir. Lentera Hati Group, 2015.

Zuhdi, Masjfuk. Pengantar hukum syariah. Haji Masagung, 1987.

Downloads

Published

2025-06-30

Issue

Section

Articles